Adalah Ferdhi Ramadhan atau yang akrab disapa Adi (30), penyandang disabilitas intelektual tuna grahita (down syndrome), membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk berkarya. Setelah meraih berbagai prestasi sebagai atlet Special Olympics Indonesia (SOIna), kini Adi menekuni dunia usaha kuliner bersama sang ibu, Ernim Ilyas, dengan menjadi binaan Jakpreneur Dinas Sosial DKI Jakarta.
Adi mulai dikenal sebagai atlet bowling, sejak bergabung dengan SOIna pada tahun 2003, sebuah organisasi nirlaba yang diperuntukkan bagi anak-anak dengan disabilitas intelektual, khususnya tuna grahita dengan IQ di bawah 70. Di sanalah perjalanan Adi sebagai atlet dimulai. Ia pernah menorehkan prestasi di berbagai cabang olahraga seperti bowling, lari, berenang, dan lompat jauh. Atas dedikasinya, Adi bahkan menerima penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kini, memasuki usia 30 tahun, Adi bersama sang Ibu menjalankan usaha kuliner rumahan dengan merk dagang "BelidiADI" yang menjual berbagai menu khas seperti rendang telur Rp 35.000, daging suwir Rp 75.000, dan aneka minuman herbal seperti Rosela Jahe, Wornas (wortel nanas), dan Dolemon (dondong lemon) seharga Rp 12.000. Usaha ini mereka jalankan tidak hanya untuk menambah penghasilan, tetapi juga sebagai sarana pemberdayaan dan pelatihan keterampilan untuk Adi agar bisa lebih mandiri.
“Semangat saya itu bagaimana agar Adi bisa mandiri, tidak bergantung pada orang tua atau pun orang-orang di sekitarnya,” ujar Ernim Ilyas, saat ditemui di Bazaar UMKM yang digelar Pemprov DKI Jakarta di Balai Kota, Kamis (22/5/2025).
Harapan itu perlahan mulai terwujud sejak mereka bergabung menjadi binaan Jakpreneur Dinas Sosial DKI Jakarta pada tahun 2024, sebuah program inkubasi wirausaha yang diinisiasi oleh Pemprov DKI Jakarta untuk mendorong kemandirian ekonomi, termasuk bagi penyandang disabilitas.
“Usaha ini kami jalankan bersama sebagai bentuk keberlanjutan dari perjuangan Adi. Kami ingin menginspirasi orang tua lain dan para disabilitas bahwa mereka pun bisa hidup mandiri dan berdaya,” tambah Ernim.
Ketua Sub Kelompok Penanganan Fakir Miskin, Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Dinas Sosial DKI Jakarta. Rissye Eka Putri, mengatakan melalui pembinaan dari Jakpreneur, Adi tidak hanya belajar tentang keterampilan memasak dan menjual produk, tetapi juga mengembangkan kemampuan sosial dan kepercayaan dirinya. "Kegiatan ini sekaligus menjadi ruang inklusi bagi penyandang disabilitas, seperti Adi yang merupakan tuna grahita. Agar mereka bisa mandiri secara ekonomi dan sosial," tuturnya.
Dukungan yang diberikan meliputi pelatihan usaha, pengembangan keterampilan, fasilitasi perizinan, pendampingan berkelanjutan, akses terhadap pasar maupun akses terhadap permodalan. Dengan itu, diharapkan penyandang disabilitas tidak hanya memiliki penghasilan, tetapi juga dapat mengembangkan perannya di tengah masyarakat.