Dinsos DKI - FIB UI Gelar Seminar Nasional, Bahas Pengusulan " Wongsonegoro " Sebagai Pahlawan Nasional

Pusdatin: 20 Nov 2024 10:31

Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) dan Masyarakat Sejarawan Indonesia, menggelar seminar nasional bertajuk “ Wongsonegoro: Bangsawan, Pejuang, dan Negarawan ” di Auditorium Gedung I, FIB UI, Depok, Rabu (20/11/2024).

Seminar tersebut menyoroti peran dan kontribusi Wongsonegoro dalam sejarah perjuangan bangsa. Acara ini menghadirkan beberapa narasumber terkemuka seperti Prof. Dr. Wasino, M.Hum dari Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum dari Universitas Pendidikan Indonesia, Dr. Siswantari, S.S, M.Hum, dan Triwiyanto dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI, yang membahas tentang kiprah Wongsonegoro sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia dan sejumlah alasan mengapa ia layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

Sekilas tentang tokoh Wongsonegoro atau bernama lengkap Kanjeng Raden Mas Tumenggung Wongsonegoro. Ia lahir dengan nama Raden Mas Soenardi pada tahun 1897, merupakan putra dari pasangan Raden Ngabehi Gitodiprojo dan Raden Ajeng Soenartinah. Ayahnya sendiri bekerja di lingkungan Istana sebagai Abdi Dalem Panewu bagi Sri Susuhunan Pakubuwono X. Sebagai seorang keturunan priayi, Wongsonegoro memiliki peluang pendidikan lebih besar dibanding anak keturunan pribumi lainya.

Ia dikenal sebagai bangsawan dengan semangat juang yang tinggi. Ia tidak hanya terlibat dalam perjuangan kemerdekaan, tetapi juga berperan penting sebagai politisi dan negarawan setelah Indonesia merdeka.

Wongsonegoro terlibat dalam pendirian organisasi kepemudaan Trikoro Dharmo bersama kawan-kawannya seperti Satiman Wirjosandjojo, Sutomo, Muslich, Mosodo, dan Abdul Rahman. Ia dipandang sebagai pemimpin yang selalu mengedepankan kepentingan nasional, membela rakyat kecil, dan memperjuangkan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat. Pada masa persiapan kemerdekaan Indonesia, Wongsonegoro bergabung dengan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), mewakili Surakarta, bersama-sama dengan Wuryaningrat, Sosrodiningrat, dan Radjiman Wedyodiningrat.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, kiprah Wongsonegoro dalam Pemerintahan yang baru terbentuk adalah ditunjuk menjadi Gubernur Jawa Tengah. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Tengah, Wongsonegoro melanjutkan kiprah kebangsaannya di tingkat nasional. Kiprah ini ditandai dengan masuknya Wongsonegoro sebagai anggota sejumlah Kabinet Pemerintahan Indonesia yang terus berganti di masa itu. Wongsonegoro pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri ke-8 Indonesia dalam Kabinet Ali Sastroamidjojo I pada 1953 - 1955, dan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan pada 1951 hingga tahun 1952, dengan kontribusi besar dalam bidang pendidikan dan diplomasi.

Dalam seminar ini, Prof. Dr. Wasino menegaskan bahwa Wongsonegoro layak diusulkan sebagai Pahlawan Nasional berkat dedikasinya yang luar biasa dalam mempertahankan kemerdekaan dan membangun fondasi pendidikan Indonesia.

Senada dengan itu, Dr. Siswantari juga menekankan pentingnya penghargaan terhadap peran Wongsonegoro dalam sejarah bangsa. Menurutnya, pengusulan ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap sejarah, tetapi juga sebagai inspirasi bagi generasi muda tentang pentingnya perjuangan dan kepemimpinan. Seminar ini diikuti oleh para mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum yang antusias berdiskusi dan memberikan dukungan terhadap inisiatif tersebut.

Kerja sama antara FIB UI, Dinas Sosial DKI Jakarta dan Masyarakat Sejarawan Indonesia dalam acara ini menunjukkan komitmen lintas sektor untuk mengangkat dan mengenang tokoh-tokoh penting dalam sejarah Indonesia yang mungkin belum mendapatkan pengakuan yang layak.

Dengan diadakannya seminar ini, diharapkan sosok Wongsonegoro dapat diakui sebagai Pahlawan Nasional, sehingga perjuangan dan pengorbanannya semakin dikenal oleh masyarakat luas dan tercatat dalam sejarah bangsa.

Berita Utama